About

Senin, 03 Oktober 2011

Jiwa Enterpreneurship dan leadership dari Sang Teladan

Jiwa Enterpreneurship dan leadership dari Sang Teladan
Nurdin Al Azies
CEO Centra Kreatifitas Mahasiswa

Hal yang patut menjadi renungan kita sebagai Umat Islam saat ini adalah, kita dilahirkan sebagai umat yang mayoritas di negri ini, akan tetapi kerkadang kita malah bagaikan budak dari para kaum musrikin yang menjadi penguasa yang tak ada upaya serta kekuatan melainkan kita hanya bisa mengangguk-anggukan kepala saja dan menurut kepada semua perintah atasan. Atas dasar kebutuhan, kita rela menunda nunda ibadah hanya karena lebih mementingkan sebuah kredibilitas diri sebagai karawan yang teladan dimata bos. Sesungguhnya hal inilah yang menjadi ironi, dan jika berkelanjutan bukan saja umat Islam akan jadi budak kaum jahil, akan tetapi Islam akan terus terkerdilkan oleh keadaan seperti ini.

Apakah yang menjadikan kita seperti ini, tak lain karena kita kurang respek untuk mempelajari pelajaran mengenai leadership dan manajerial. Kita lebih fokus pada life skill atau kemampuhan bagai mana cara bekerja dengan baik, kita lebih senang jika dibilang sebagai staff ahli ketimbang disebut sebagai seorang seorang manajer.Kelemahan leadership dan manajerial ini ternyata dapat kita telusuri dengan mengamati bagaimana pemahaman umat tentang sifat Rasulullah SAW.

Diantara titik-titik yang kurang tersentuh secara maksimal adalah bagaimana umat Islam mempelajari masa muda Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi.Dari beberapa literatur yang didapat, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di bidang wirausaha begitu mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur, dan keterampilan manajemen yang baik untuk mengelola sebuah dakwah, sebuah sistem yang bertata nilai kemuliaan Islam.Pada waktu Rasulullah masih kecil, beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk menjaga kehormatan harga dirinya agar tidak menjadi beban bagi kehidupan ekonomi pamannya, Abu Thalib, yang memang tidak tergolong kaya.

Beliau mendapat upah dari menggembalakan beberapa ekor kambing miliki orang lain, yang secara otomatis mengurangi biaya hidup yang harus ditanggung oleh pamannya ini.Pada usia 12 tahuan, sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan dagang ke Syiria bersama Abu Thalib. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya ini dan belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika menjelang dewasa dan menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang sendiri di kota Mekkah.

Bisnisnya diawalai dengan sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu dengan membeli barang dari satu pasar dan menjualnya kepada orang lain. Aktivitas bisnis lainnya dengan sejumlah orang di kota Mekkah pun dilakukan. Dengan demikian ternyata Rasulullah telah melakukan aktivitas bisnis jauh sebelum beliau bermitra dengan Khadijah. Dan inilah yang membuahkan pengalaman yang tak ternilai harganya dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan pada diri Rasulullah.

Ciri yang sangat khas dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah waktu itu adalah beliau sangat terkenal karena kejujurannya dan sangat amanah dalam memegang janji. Sehingga tidak ada satupun orang yang berinteraksi dengan beliau kecuali mndapat kepuasan yang luar biasa. Dan ini merupakan sebuah nuansa dengan pesona tersendiri bagi warga Jazirah Arab. apalagi kemuliaan akhlaknya seakan menebarkan pesona indah kepribadiannya.Pun ketika beliau tidak memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau banyak menerima modal dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil Rasulullah telah dikenal oleh penduduk Mekkah sangat rajin dan penuh percaya diri. Dikenal pula oleh kejujuran dan integritasnya dibidang apapun yang dilakukannya. Tak berlebihan bila penduduk Mekkah memanggilnya dengan sebutan Shiddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).Salah seorang pemiliki modal itu adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau, yang menawarkan suatu kemitraan berdasarkan sistem bagi hasil (profit sharing). Dan, subhanallaah, kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan keuntungan, dan tidak satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian.

Selama bermita dengan Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan dagang ke pusat bisnis di Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.Diantara hal yang terus menerus harus kita teladani dari Rasulullah dalam interaksi bisnisnya adalah beliau sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliannya dalam proses interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu mejaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap transaksi yang beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang tinggi.

Semakin dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai harganya yang mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa entrepreneur ini harus dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri, pembangunan etos kerja, pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur yang terbukti teruji dan sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini ditanamkan, dilatih sejak awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat bermutu tinggi dan ini menjadi bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau kesuksesan mengemban amanah jenis apapun.Dan yang paling perlu digaris bawahi, Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak umat. Sehingga kesuksesannya mampu membawa banyak dampak positif, yaitu kesuksesan dan kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu monumenatal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang diperolehnya.Semoga kita semua mampu merenungi kejujuran diri, amanah, dan kegigihan dalam menjaga kehormatan harga diri kita selaku umat Islam.***

Referensi = Ceramah AA GYM

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More